"gua pernah baca ya.. ada buku yang judulnya tiga puluh hari jadi dewa gitar...
yang ngarang pasti dewa mabok...
jimi hendrix, itu dewa gitar yang udah meninggal, kalau tau dia pasti hidup lagi..
dia bilang "ngapain gua capek-capek belajar? tau gitu beli buku dia aja lima puluh ribu..." "
-Bintang Timur (Stand Up Comedian).
Waktu menyaksikan Video Bintang Timur membawakan materi itu dalam aksinya, saya ngakak berat,
yang dikatakan bintang itu logis dan realistis..
hal yang seperti itu seharusnya dipandang serius untuk kita, tapi Bintang Timur menyampaikan pesan itu lewat cara humor,
dan hasilnya ngekill, sukses bikin audience tertawa masal.
Waktu itu saya lihat semua penonton tertawa... tapi saya yakin,
yang bisa menangkap pesan itu cuma sebagian kecil dari sekian penonton yang menyaksikan saat itu..
itulah kenapa saya mengagumi Stand Up Comedy... penyampaian pesan melalui humor yang cerdas dan berisi, dari penampilan seorang komika, kita dapat terhibur, kita juga sedikit banyak dapat menyelipkan wawasan baru dari materi mereka.
Tapi yang akan dibahas di tulisan ini bukan tentang stand up comedy-nya...
melainkan buku-buku semacam "tiga puluh hari menjadi dewa gitar" itu.
Memang, sekarang sudah menjamur buku-buku "pemberi harapan dan janji instan" semacam itu,
sangat mudah didapatkan disekitar kita judul-judul seperti :
"tiga puluh hari menjadi.........."
"tiga puluh hari kuasai..........."
"cara mudah menjadi......."
"cara cepat menjadi......."
"cara jitu untuk cepat...."
Kadang judul-judul semacam itu tanpa kita sadari bisa sangat menarik untuk membangkitkan rasa penasaran kita.
biasanya di back covernya ada tulisan-tulisan yang akan memperkuat ketertarikan kita terhadap judul buku tersebut,
misalnya :
"buku ini seharusnya tidak disebar luaskan, ini rahasia yang sangat bla bla bla"
atau
"buku ini sangat luar biasa, mungkinkah mendapatkan bla bla bla dalam waktu bla bla bla? temukan caranya di buku ini"
Buku
adalah gudang ilmu (tapi jangan kira semua ilmu itu bagus dipelajari,
contohnya ada ilmu hitam, ilmu santet, atau ilmu pelet :p)
memang kadang buku-buku "instan" semacam itu bersinggungan dengan keinginan dan kebutuhan kita,
misalnya ada saat kita ingin mempelajari banyak hal tentang enterpreneur, kita pastinya akan mencari referensi yang sesuai,
salah satu caranya adalah pergi ke toko buku dan mencari-cari buku yang mengupas tentang enterpreneur.
saat itulah kita dituntut menjadi konsumen yang jeli, manusia memang selalu menginginkan segala hal dengan proses yang cepat.
Tak heran buku-buku semacam itu bisa laku keras dan menarik perhatian kita sebagai konsumen.
jadi saat memilah berhati-hatilah dengan judul-judul semacam itu, yang sepintas tampak sangat menarik, bahkan meyakinkan,
namun,
secara realistis hampir tidak mungkin bisa diaplikasikan secara tepat
sasaran dalam hal pencapaian target yang di iming-imingi oleh judulnya.
Dan tentunya tidak semua buku semacam itu dapat dinilai "jelek" secara kualitas dan isi,
beberapa diantaranya bahkan bisa sangat bagus untuk dijadikan pegangan,
tapi kalaupun demikian, sejelek-jeleknya kualitas sebuah tulisan (buku),
tetap ada "isi" yang dapat memberi kita pesan dan makna positif yang bisa kita ambil manfaatnya.
namun
bukankah lebih baik kita mendapatkan referensi yang lebih tepat dan
berkualitas untuk mendukung proses pencapaian terget dan tujuan kita?.
Seluas itulah salah satu makna harafiah yang dapat kita ambil dari pepatah lama yang berbunyi
"jangan menilai sebuah buku hanya dari kulitnya".