Minggu, 09 Juni 2013
Premanisme Dan Omong Kosong
Art By : Teguh Kurnia (BerkarArt)
Marto* (Bukan nama sebenarnya*) adalah seorang Mahasiswa, salah satu aktifis yang disegani, apapun masalah yang dianggap rumit bagi Mahasiswa biasa akan ditindak lanjuti oleh Marto, walaupun hanya dengan sekedar omongan atau obrolan dengan bahasa-bahasa ilmiah di Kantin...
Marto seringkali menyorot suatu fenomena yang terjadi di Negri ini dan menyandingkan atau membandingkan atau membanting-bantingkannya dengan negara lain...
Bahasa seperti kebijakan, undang-undang, keputusan, dampak-dampak, dan lain-lain sering terlontar dari mulut Marto, sebagai seorang yang ingin di cap sebagai "pejuang" dalam bidangnya, Marto tentunya memiliki idiealisme yang ia pegang sendiri dan ia pahami sendiri...
kata-kata "benar" dari mulut Marto tidak akan bisa dicekal dengan kata-kata "salah" dari mulut orang lain, apa lagi sekedardari mulut orang yang ia anggap biasa-biasa saja, karena "benar" bagi Marto adalah kebenaran yang hakiki dan itu sesuatu yang mutlak.
Satu kali Marto menyikapi sebuah fenomena yang beredar dikotanya, waktu itu sedang marak-maraknya "premanisme"... Marto dengan analisisnya pun mencoba ambil peran dalam hal ini, ia membuat sticker-sticker kecil dan poster-poster yang berunuansa provokatif, seperti Tolak Premanisme!, Kami Tidak Diam! dll...
padahal perangai orang ini tak lebih baik dari seorang preman, dikantin kampus kerjaannya hanya nongkrong cari lawan bicara, sesekali minta ditraktir rokok dan kopi.., ia pun mulai membentuk suatu forum diskusi dan melakukan pergerakan melalui jalan yang mereka bilang "seni". kebetulan pelaku premanisme pada kasus yang sedang hangat itu adalah pendatang, Marto pun menularkan pemikiranya, ia beranggapan secara personal bahwa semua preman itu pendatang, dan ia tularkan pemikiran ini, seolah-olah layak menjadi persepsi umum.
sungguh preman teriak preman, absurd dan tak sadar diri...
Sebagai pendatang ya saya jelas tersinggung, kami dianggap preman semua? saya tidak berani men"skak mat" Marto secara langsung, karena sudah jelas-jelas dia preman.
Saya hanya belikan Marto tiga buah koran lokal yang berbeda-beda merk, dan saya suruh ia membaca rubrik kriminal dari ketiga koran tersebut tanpa memberitahukan alasannya.... sampai saat ini Marto pasti belum mengerti apa yang saya maksud... padahal katanya cerdas.
Jika ada yang seperti Marto, besok silahkan beli media / surat kabar sebanyak-banyaknya, dan buka rubrik Kriminal.. kita lihat, dari mana sih itu para "preman".
(mudah-mudahan anda tidak seperti si Marto itu :D )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar