Label

Selasa, 11 Juni 2013

"KELIRU"



"Jika aku adalah sebuah Revolver, maka kau adalah tangan dengan jari-jari yang menarik pelatukku
dan mengarahkan selongsongku ke arah kepalamu sendiri!!!"

"ya, kau benar, tapi aku hanya akan menganggapnya lelucon, aku menyadari betul apa yang tidak kau sadari...,
sadarilah, kau hanya sebongkah revolver yang tak berpeluru, selongsongmu hampa, sekalipun kutarik pelatukmu berkali-kali,
tidak akan ada pengaruhnya bagiku"

"cih...! kau mulai menantangku rupanya..."

"kau kira aku sedang apa dari tadi? mengajakmu berkencan di suatu tempat yang romantis?"

"bangsat... kau sudah menyalakan api... tunggu saja kobarannya... dan jangan tangisi luka-luka melepuh ditubuhmu kelak"

"oke, permainan dimulai, kau sudah selesai..?, tutup hidungmu... sekarang giliran aku yang kentut"

"hei!!! jaga mulutmu... ku akui lidahmu tajam, kau hapir berhasil memancing emosiku, jangan sampai aku menutup mulutmu dengan
kepalan tanganku..."

"aku berani bersumpah, ancamanmu tidak membuatku gentar sedikitpun..., tapi itu bukan caraku, terserah kalau itu caramu...
 apa kau sudah lelah merancang omong kosong? bilang pada otakmu yang kau anggap cerdas itu..., salam persahabatan dari bokongku"

"hmmm... kau membuatku geli..."

"geli...? kau tersenyum...? itu senyum yang kau anggap sudah cukup sinis...? kau kira aku akan beranggapan kau sedang angkuh
dan meremehkanku...? hahaha... kau yang membuatku geli, sudahlah jangan berpura-pura lagi, kau tidak punya bakat akting...,
kau malah terlihat sedang menonjolkan kebodohanmu"

"berani-beraninya kau bilang aku bodoh!!!"

"kau yang berani-beraninya menganggap dirimu cerdas!!!"

"cukup...!!!"

"kenapa...? kau menyerah...?"

"kubilang cukup!!!"

"hahaha... cerdas sekali perangaimu..."

"Hentikan!!!"

"kau mengandalkanku untuk berkata-kata, tapi kau tidak mengandalan dirimu dalam realita,
kau dan aku bertolak belakang...
kau pecandu kesia-siaan... hahaha..."

"Bangsat!!!"

"PRAAAAANG!!!!"

Dia meninju cermin yang ada didepannya, serpihan kaca melukai kepal tangan kanannya...
nafasnya terengah panas, keringatnya mengucur, wajahnya memerah penuh emosi,
amarah menyala-nyala di matanya...
jiwanya terguncang, terombang-ambing oleh pemikirannya sendiri,
logikanya porak-poranda...
imajinasi seakan membelah jiwanya menjadi dua...
itu adalah saat dia harus memilih...
dan dia telah memilih...
memilih dirinya sendiri...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar